08 Mei 2009

strategi kerjasama

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Karakterisitik lingkungan abad ke-21 mengharuskan perusahaan untuk secara terus menerus menciptakan diri mereka sendiri agar berhasil dalam persaingan. Salah satu cara yang digunakan oleh banyak perusahaan di era yang dinamis dan penuh tantangan ini adalah dengan strategi kerja sama. Perusahaan-perusahaan melakukan kerja sama dengan perusahaan lain untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Strategi kerja sama atau ”persaingan kerja sama” (coopetition) terjadi saat para pesaing utama membentuk perjanjian kerja sama untuk bersaing melawan para pesaing, sering kali dari negara yang berbeda. Makalah yang akan penulis angkat dalam tulisan ini adalah : Strategi Kerja Sama.

1.2 Ruang lingkup
Ruang lingkup dari makalah ini adalah untuk merumuskan jenis-jenis strategi kerja sama yang digunakan oleh para perusahaan saat ini dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan lain dan apa saja keunggulan dan kelamahan dari strategi kerja sama tersebut.




BAB II
STRATEGI KERJA SAMA


A. Aliansi Strategis Dasar

Aliansi strategis adalah salah satu bentuk utama dari strategi kerja sama yang merupakan kemitraan antara perusahaan-perusahaan yang mengkombinasikan sumber daya, kapabilitas dan kompetensi inti mereka untuk memenuhi kepentingan bersama dalam perancangan, produksi atau distribusi barang-barang atau jasa. Aliansi strategis ini merupakan tanggapan yang logis dan tepat pada waktunya terhadap perubahan aktivitas ekonomi, teknologi dan globalisasi yang semakin cepat dan intens, yang semuanya membuat banyak perusahaan terbagi dalam dua persaingan, satu untuk dunia dan satu lagi untuk masa depan. Ada tiga bentuk dasar dari aliansi strategis, yaitu :

a. Joint Ventures
Joint ventures merupakan sebuah kerja sama yang terjadi ketika dua atau lebih perusahaan menciptakan satu perusahaan independen dengan mengkombinasikan sebagian aktiva mereka. Joint ventures efektif dalam usaha pembentukan relasi jangka panjang dan dalam pentransferan pengetahuan implisit, yang merupakan sumber keunggulan kompetitif perusahaan. Pengalaman menunjukkan bahwa joint ventures sesungguhnya mencakup setiap isu yang menjadi kepentingan bersama dari pihak-pihak yang terlibat. Biasanya dalam Joint ventures, perusahaan merupakan mitra sejajar.

b. Aliansi Strategis Ekuitas
Tipe ke dua dari aliansi strategis adalah aliannsi strategis ekuitas di mana para mitra memiliki persentase ekuitas yang berbeda dalam suatu usaha bersama. Tipe ini dianggap lebih efektif dalam mentransfer tahu-bagaimana antara perusahaaan karena mereka lebih dekat dengan kontrol hierarkis dari pada aliansi non ekuitas.

c. Aliansi Strategis Non-Ekuitas
Aliansi ini dibentuk melalui perjanjian kontraktual yang menetapkan suatu perusahaan untuk mensuplai, memproduksi atau mendistribusi produk-produk atau jasa perusahaan tanpa berbagi ekuitas.
Alasan-alasan yang berbebda mendukung partisipasi dalam aliansi strategis. Alasan untuk kerja sama berbeda berdasarkan tiga jenis dari situasi pasar dasar : siklus lambat, siklus standar dan siklus cepat.

Pasar Alasan
Siklus Lambat

Siklus Standar




Siklus Cepat -
-
-

-
-

-

-

-


-
-

-
-
-
-
- Mendapatkan akses ke pasar yang terbatas
Mendirikan waralaba di sebuah pasar yang baru
Mempertahankan stabilitas pasar

Mendapatkan kekukatan pasar
Mendapatkan akses ke sumber daya komplementer
Mengatasi hambatan-hambatan dalam perdagangan
Memenuhi tantangan persaingan dari pesaing-pesaing lainnya
Mengelompokkan sumber daya untuk proyek-proyek modal yang sangat besar

Mempelajari teknik-teknik bisnis baru
Mempercepat pengembangan produk atau jasa baru
Mempercepat masuk ke pasar yang baru
Mempertahankan kepemimpinan pasar
Membentuk suatu standar teknologi industri
Berbagi biaya riset dan pengembangan yang beresiko
Mengatasi ketidakpastian



B. Aliansni Strategis Tingkat Bisnis
Selain tiga bentuk dasar dari aliansi strategi seperti yang diuraikan di atas, terdapat juga empat jenis strategi kerja sama tingkat bisnis, yakni strategi komplementer, strategi pengurangan persaingan, strategi tanggapan persaingan dan strategi pengurangan ketidakpastian.


a. Aliansi Komplementer
Aliansi strategi komplementer dirancang untuk mengambil keunggulan dari peluang-peluang pasar dengan mengkombinasikan aktiva-aktiva dari perusahaan-perusahaan yang menjadi mitra dengan cara-cara yang saling melengkapi. Ada dua jenis aliansi strategi komplementer, yaitu aliansi horisontal dan vertikal.

a.1. Aliansi Komplementer Vertikal
Jenis aliansi ini dibentuk oleh perusahaan-perusahaan yang setuju untuk menggunakan keahlian dan kapabilitas mereka dalam tahap-tahap rantai nilai yang berbeda untuk menciptakan nilai.

a.2. Aliansi Komplementer Horisontal
Aliansi ini terbentuk antara para mitra yang setuju untuk mengkombinasikan sumber daya dan keahlian mereka untuk menciptakan nilai dalam tahap yang sama dari rantai nilai. Biasanya perusahaan membentuk aliansi jenis ini untuk fokus pada pengembangan teknologi produk dan jasa jangka panjang.


b. Strategi Pengurangan Persaingan
Perusahaan-perusahaan makin sadar akan buruknya dampak yang disebabkan oleh persaingan antar perusahaan. Untuk itu, mereka berusaha menghindar dari persaingan yang merusak atau berlebihan. Salah satu cara untuk menghindar dari persaingan ini adalah kolusi implisit atau toleransi mutual. Hal ini dapat dicapai di sebagian pasar melalui kartel, seperti OPEC, yang berusaha mengelola harga dan hasil-hasil perusahaan (yaitu, perusahaan-perusahaan minyak dari negara anggota) dalam industri spesifik.
Di negara-negara seluruh dunia, pemerintah mengembangkan kebijakan yang mempengaruhi upaya perusahaan berkaitan dengan strategi pengurangan persaingan.

c. Strategi Tanggapan Persaingan
Banyak perusahaan juga mengggunakan aliansi strategis untuk menanggapi tindakan strategis para pesaingnya, tetapi biasanya bukan merupakan tindakan dan reaksi taktis atau kompetitif.

d. Strategi Pengurangan Ketidakpastian
Perubahan lingkungan persaingan abad ke-21 yang cepat dapat menciptakan ketidakpastian bagi perusahaan ketika mereka membentuk dan menggunakan strategi kerja sama untuk mengurangi resiko mereka. Adlah mungkin bahwa dalam suatu konteks dinamika kompetitif, salah satu aliansi perusahaan dapat menciptakan resiko dan ketidakpastian bagi para pesaingnya.
Aliansi yang digunakan untuk mengurangi persaingan memiliki keunggulan dalam hal pencapaian keseimbangan persaingan dan laba rata-rata, dan bukannya keunggulan kompetitif dan laba di atas rata-rata.
Sementara aliansi komplementer cenderung menghasilkan keunggulan kompetitif dan turut memberikan laba di atas rata-rata.


C. Strategi Kerja Sama Tingkat Perusahaan
Strategi kerja sama tingkat perusahaan merupakan aliansi strategis yang dirancang untuk memfasilitasi diversifikaksi pasar dan/atau produk. Jenis-jenis aliansi strategi tingkat perusahaan terbagi atas diversifikasi, sinergistik dan waralaba.

a. Aliansi Strategis Diversifikasi
Dengan aliansi ini, perusahaan dimungkinkan untuk memperluas usahanya ke produk atau wilayah pasar baru tanpa melakukan merger atau akuisisi.
Salah satu alasan mengapa perusahaan memilih aliansi jenis ini adalah karena memberikan manfaat sinergistik yang potensial seperti merger atau akuisisi, tetapi dengan tingkat resiko lebih rendah dan fleksibilitas yang lebih besar. Aliansi ini juga dipilih oleh perusahaan karena lebih mudah dan lebih murah dari pada melakukan akuisisi yang tidak memberikan keberhasilan strategi pada tingkat yang diharapkan.
Perusahaan juga dapat membentuk suatu aliansi diversifikasi untuk menentukan bermanfaat atau tidaknya suatu merger bagi kedua pihak di masa yang akan datang.

b. Aliansi Strategis Sinergistik
Aliansi ini menciptakan ruang lingkup ekonomi bersama antara dua atau lebih perusahaan. Ke dua perusahaan yang melakukan aliansi jenis ini dapat menciptakan fasilitas manufaktur dan riset bersama yang digunakan mereka untuk keuntungan bersama dan pada akhirnya menghasilkan ruang lingkup penghematan tanpa melakukan merger.

c. Waralaba
Waralaba merupakan strategi kerja sama yang digunakan perusahaan untuk menyebarkan resiko dan menggunakan sumber daya, kapabilitas dan kompetensi secara produktif, tetapi tanpa melakukan merger dengan atau mengakuisisi perusahaan lain.
Waralaba didasarkan pada relasi kontraktual yang menyebutkan bahwa waralaba tersebut dikembangkan anntara dua pihak, penerima waralaba (franchisee) dan pemberi waralaba (franchisor) .
Dasar keberhasilan dari strategi kerja sama ini adalah kemampuan untuk mendapatkan skala ekonomi dengan membentuk banyak unit sambil mendiversifikasi efisiensi operasional dari kerja unit-unit individual yang bersaing pada pasar lokal tertentu. Waralaba memungkinkan kontrol terpusat yang lebih kuat dan memfasilitasi transfer pengetahuan tanpa investasi modal yang signifikan.
Perusahaan menggunakan strategi kerja sama tingkat perusahaan untuk mengembangkan keunggulan kompetitif dan mengurangi resiko.

D. Strategi Kerja Sama Internasional
Alasan yang mendasari perusahaan menggunakan strategi kerja sama internasional, yakni : untuk meningkatkan kinerja, mendayagunakan kompetensi intinya yang menjadi dasar bagi keberhasilan domestiknya untuk meluaskan usaha ke pasar-pasar internasional, karena kebijakan pemerintah yang membatasi kepemilikan lokal dan membantu suatu perusahaan yang mentransformasi dirinya sendiri ke dalam kondisi-kondisi lingkungan yang berubah cepat.

E. Strategi Kerja Sama Jaringan Kerja
Strategi ini merupakan tindakan-tindakan berkaitan dengan aliansi yang dilakukan oleh suatu kelompok perusahaan yang saling berkaitan dan dapat diperbandingkan untuk melayani kepentingan bersama dari semua mitra.
Suatu strategi jaringan kerja dapat digunakan untuk membentuk aliansi jaringan yang stabil, suatu jaringan aliansi yang dinamis, dan bahkan jaringan aliansi di dalam perusahaan individual. Jaringan aliansi stabil merupakan dasar dari strategi jaringan dalam industri yang sudah matang. Ciri-cirinya adalah memiliki siklus pasar dan permintaan yang mudah diprediksi.
Jaringan aliansi dinamis adalah basis bagi penggunaan strategi jaringan dalam industri di mana inovasi teknologi cepat diperkenalkan secara berkala.
Jaringan aliansi internal dibentuk dalam sebuah perusahaan yang memfasilitasi koordinasi produk dan keragaman global.
Strategi kerja sama tidak bebas resiko, seperti yang ditunjukkan oleh gambar di bawah ini :




Resiko Persaingan Resiko dan Pendekatan Hasil yang Diinginkan
Manajemen Aktiva













Salah satu resikonya adalah seorang mitra mungkin bertindnak oportunis. Perilaku oportunis terjadi ketika kontrak resmi gagal mencegah munculnya atau ketika sebuah aliansi didasarkan pada persepsi kepercayaan terhadap mitra yang ternyata tidak ada (mitranya tidak dapat dipercaya)
Sebagian perjanjian kerja sama berakhir ketika ditemukan bahwa seorang mitra telah memberikan keterangan yang tidak benar tentang kompetensi yang dibawanya dalam aliansi tersebut.

Kegagalan dalam menyediakan sumber daya komplementer yang diperlukan mitranya adalah resiko kompetitif lainnya dari strategi kerja sama. Resiko ini mengemuka terutama di antara pihak-pihak yang berlokasi di negara berbeda.
Selain resiko moral (berpotensi bersikap curang terhadap mitranya), terdapat resiko lainnya. Salah satu resiko tersebut adalah memiliki kemampuan untuk membentuk dan mengelola suatu joint venture secara efektif. Pengalaman sebelumnya, walaupun berguna, mungkin tidak memadai untuk membuat strategi kolaboratif itu bertahan. Resiko lainnya adalah memiliki kemampuan untuk berkolaborasi. Selain itu, tidak mudah juga mengetahui apakah seorang mitra dapat dipercaya atau tidak untuk diajak berkolaborasi.



BAB III
KESIMPULAN

III.1. Kesimpulan
Dari uraian pada Bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut :
• Aliansi strategis dasar terbagi atas :joint venture, aliansi strategis ekuitas dan aliansi strategis non ekuitas.
• Tipe aliansi strategis tingkat bisnis : aliansi komplementer, pengurangan persaingan, tanggapan persaingan dan pengurangan ketidakpastian;
• Aliansi strategis tingkat preusan terbagi atas : aliansi diversifikasi, sinergistik dan waralaba;

III.2. Saran
Untuk dapat bersaing di era yang amat kompetitif ini, perusahaan dapat melakukan kerja sama dengan perusahaan lainnya untuk meningkatkan keuntungan yang diperoleh dan meminimalkan resiko.




Daftar Pustaka
Michael Hitt, Management Strategik,
Fred R. David, Concepts of Strategic Management, 1998.
M.E. Porter , Competitive Strategic, 1980
M.E. Potter, Social Influences on Competitiveness, 2006
P.Loewe, P. Williamson & R.C. wood., (2001).Five styles of strategy innovation and how to use them. European management Journal.(19).2.p.115-125
Philip Kottler, “Manajemen Pemasaran”, PT Indeks Grup Gramedia, Jakarta, 2005
www.ecomagination.com
New Economics Foundation on social accountability (www.neweconomics.org),
Global Reporting Initiative—CERES(www.ceres.org),
World Business Council for Sustainable Development (www.wbcsd.ch).

Tidak ada komentar: